KELOMPOK 5:
1. MUHAMMAD ROYAN FEBRIANTO (17514534)
2. MUTIARA NUGRAHENI ADI ( 17514687)
3. NADIA ULFA (17514743)
4. NUR AMALIA (18514138)
5. NUR ROHMAH APRILIA (18514185)
6. NUR MARLINDA RUSANTI (18514235)
7. POLINA ARIENDAY (18514456)
8. RAPIKA HIDJRIYANI PRATIWI (1C514835)
9. REZA AULIYA YUNITA DEWI (1C514840)
APA ITU EDUCATION (PENDIDIKAN)?
FILOSOFI EDUCATION
Pendidikan biasanya berawal saat seorang
bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal
dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan
memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa
mengajar bayi mereka sebelum kelahiran. Bagi sebagian orang, pengalaman
kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata
Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan
saya."[butuh rujukan] Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang
amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun
pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
PENGERTIAN PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI
Plato (Filsuf Yunani, 429 SM – 346 SM)
Pendidikan adalah segala sesuatu yang
membantu perkembangan individu dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang
memungkinkan tercapainya kesempurnaan.
Abdullah Ibnu al-Muqaffa (Filsuf Persia,
756)
Pendidikan adalah kebutuhan untuk
mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan dan mencapai peradaban yang tinggi
(kesempurnaan) yang merupakan santapan akal dan rohani.
Jean-Jacques Rousseau (Filsuf Perancis,
1712 – 1778)
Pendidikan adalah memberi kita
perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita
membutuhkannya pada waktu dewasa.
John Stuart Mill (Filsuf Inggris,
1806-1873)
Pendidikan adalah meliputi segala
sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan untuk
orang lain oleh dia, dengan tujuan mendekatakan dia kepada tingkat
kesempurnaan.
John Dewey (Filsuf Amerika Serikat,
1859-1952)
Pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental baik menyangkut daya pikir atau daya
intelektual maupun daya emosional atau perasaan ke arah alam dan sesama
manusia. Pendidikan merupakan proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini
mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa
dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk
menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan
perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
Mary McLeod Bethune (Pakar Pendidikan,
1871 – 1955)
Dalam pengertian yang sempit pendidikan
berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.
Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan
Nasional Indonesia, 1889-1959)
Pendidikan yaitu tuntutan didalam hidup
tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter,
kekuatan batin), pikiran (intelektual) dan jasmani anak-anak selaras dengan
alam dan masyarakatnya.
Edgar Dale (Pakar Pendidikan, 1900 –
1985)
Pendidikan merupakan usaha secara sadar
yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan yang berlangsung di sekolah dan di luar
sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar bisa
mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa
yang akan datang.
Martinus Jan Langeveld (Pakar
Pendidikan, 1905 – 1989)
Pendidikan merujuk kepada berbagai
usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan orang dewasa kepada
anak-anak agar menuju proses pendewasaan atau lebih tepatnya membantu anak-anak
agar lebih cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pendidikan tersebut
merupakan suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk mengubah tabiat
(behavior) manusia. Behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang.
Pendidikan merupakan setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan
anak-anak di lapangan atau dalam kedaan dimana pekerjaan mendidik itu
berlangsung.
Paulo Freire (Pakar Pendidikan, 1921 –
1997)
Pendidikan merupakan jalan menuju
pembebasan yang permanen dan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah masa
di mana manusia menjadi sadar akan pembebasan mereka, yang melalui praktik
mengubah keadaan itu. Tahap kedua dibangun atas tahap yang pertama, dan
merupakan sebuah proses tindakan kultural yang membebaskan.
Carter V. Good (Pakar Pendidikan)
Pendidikan ialah: 1) Seni, praktik atau
profesi mengajar; 2) ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan
dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid.
Jeff Thompson (Pakar Pendidikan, 2010)
Pendidikan adalah pengaruh lingkungan
terhadap seorang individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan tetap dalam
kebiasaan berperilaku, berfikir, dan sifatnya.
Redja Mudyahardjo (2001)
Dalam bukunya, Pengantar Pendidikan:
sebuah studi awal tentang dasar-dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan
Indonesia, dikemukakan bahwa pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, serta pendidikan dapat
diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal.
FUNGSI PENDIDIKAN
Menurut Horton dan Hunt, lembaga
pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
- Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
- Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
- Melestarikan kebudayaan.
- Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi lain dari lembaga pendidikan
adalah sebagai berikut.
- Mengurangi pengendalian orang tua.
- Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah
- Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka
- Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
- Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Menurut David Popenoe, ada beberapa
macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
· Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
·
Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
·
Menjamin integrasi sosial.
·
Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
·
Sumber inovasi sosial.
MACAM-MACAM PENDIDIKAN
1. Pendidikan Nonformal
Proses belajar yang relatif tak disadari
yang kemudian menjadi kecakapan dan sikap hidup sehari-hari. Misalnya:
Pendidikan dirumah; tempat ibadah; lapangan bermain; perpustakaan; radio;
televisi
2. Pendidikan Formal
Proses belajar yang dilaksanakan secara
sengaja dengan tujuan dan bahan agar yang disrumuskan secara jelas dan
diklasifikasikan secara tegas. Misalnya: Jenjang pendidikan sekolah (TK, SD,
SMP, SMA/SMK, D3/S1 dst
3. Pendidikan
Informal
Proses belajar yang dilaksanakan secara
sengaja tetapi tidak memenuhi syarat untuk masuk ke jenjang pendidikan formal.
Misalnya: Kursus menjahit; kursus memasak; kursus tari; kursus musik.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pendidikan dimulai dari persiapan pendidikan (sebelum anak lahir),
kemudian dilakukan pendidikan informal dalam keluarga (setelah anak lahir) oleh
orang tua, pada masanya anak memasuki pendidikan formal di sekolah dan
selebihnya kegiatan pendidikan berjalan di luar keluarga dan sekolah yaitu
dalam masyarakat, sehingga dengan demikian mengingatkan kita bahwa pada
dasarnya manusia itu hendaknya memperoleh pendidikan selama hidupnya. Inilah
yaitu mungkin dikenal dengan asas baru dalam dunia pendidikan sebagai
“Pendidikan Seumur Hidup” (life long education) yang di negara Canada dikenal
dengan “Life Long Learning” dan di Amerika dikenal dengan “Continuing Education”.
Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan adanya pendidikan, maka akan
timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk
lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat
untuk lebih memajukan pemrintah ini, maka usahakan pendidikan mulai dari
tingkat SD sampai pendidikan di tingkat Universitas.
Tujuan Pendidikan dalam UUD
1945 (versi Amandemen)
1.
Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang.”
2.
Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”
Tujuan Pendidikan dalam
Undang-Undang No. 20, Tahun 2003
Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan
dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan,
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”
Tujuan Pendidikan Menurut UNESCO
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu
bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan.
Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga
UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization)
mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan,
yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4)
learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut
menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.









ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
a. Pendidikan
budi pekerti atau pendidikan akhlak
b. Pendidikan
kecerdasan
c. Pendidikan
sosial atau kemasyarakatan
d. Pendidikan
kewarganegaraan
e. Pendidikan
keindahan atau estetika
f. Pendidikan
jasmani
g. Pendidikan
agama
h. Pendidikan
kesejahteraan keluarga
PERBANDINGAN
PENDIDIKAN DI BEBERAPA NEGARA
I.
Pendidikan
di Negara Arab Saudi
Pendidikan di Arab Saudi terbagi
menjadi dua bagian:
Ø Pendidikan Umum yang terbagi
menjadi tiga tahap
1.
Sekolah Dasar (Ibtida'iyah) dengan lama studi 6 tahun
2.
Sekolah Menengah Pertama (Mutawasithah) dengan lama studi 3 tahun
3. Sekolah Menengah Atas
(Tsanawiyyah) dengan lama studi 3 tahun
4. Pendidikan Tinggi yang terbagi menjadi:
A. Studi Sarjana (Bachelor)
B. Studi Magister
C. Studi
Doktoral
Ø Pendidikan
khusus menghafal al-Qur'an dijenjang
1.
Sekolah Dasar
2.
Sekolah Menengah Pertama
3.
Sekolah Menengah Atas
4.
Dan juga Pendidikan Industri, Perdagangan dan Pertanian.
Pendidikan Umum diawasi oleh Kementerian Pendidikan dan
Pengajaran Arab Saudi sementara Pendidikan Tinggi diawasi oleh Kementerian
Pendidikan Tinggi Arab Saudi.
Pada tahun 1424 H (2003-2004) telah keluar peraturan baru
yakni mengadakan ujian kemampuan untuk seluruh siswa kelas akhir di tingkat
Sekolah Menengah Atas
dan juga Pendidikan Industri, Perdagangan dan Pertanian. Pendidikan Umum
diawasi oleh Kementerian Pendidikan dan Pengajaran Arab Saudi sementara
Pendidikan Tinggi diawasi oleh Kementerian Pendidikan Tinggi Arab Saudi. Pada
tahun 1424 H (2003-2004) telah keluar peraturan baru yakni mengadakan ujian
kemampuan untuk seluruh siswa kelas akhir di tingkat Sekolah Menengah Atas
(Tsanawiyah) yang diadakan di Universitas-universitas oleh Pusat Standarisasi
dan Pengembangan Arab Saudi, tes tersebut mengukur bidang kebahasaan dan
keolahragaan. Selain itu, bagi para siswa yang akan melanjutkan studinya di
bidang kedokteran atau teknik diwajibkan untuk mengikuti ujian prestasi dengan
5 mata pelajaran (Matematika, Kimia, Fisika, Bahasa Inggris dan Biologi). Pada
tahun 1434 H (2012-2013), mata pelajaran Bahasa Inggris dihapus dari ujian
prestasi tersebut.
Sejak
beberapa tahun yang lalu, Pemerintah Arab Saudi juga membuat Program Pelayan
Dua Tanah Suci untuk Beasiswa ke luar negeri, yakni program besar dan ambisius
yang bertujuan untuk mengembangkan bakat Warga Negara Arab Saudi dengan
mengirimkan warga Saudi ke universitas-universitas di berbagai belahan dunia,
program ini sudah diikuti oleh 10 ribu penerima beasiswa.
Pendidikan
Tinggi (Higher Education)
Pendidikan
tinggi atau universitas di Arab Saudi terbagi menjadi dua bagian utama yakni
Pendidikan Agama dan Pendidikan Umum. Namun demikian, sekarang sudah sangat
banyak universitas yang menggabungkan keduanya. Jenis perguruan tinggi di Arab
Saudi adalah universitas, institut untuk perempuan (college for women),
institut administrasi publik (institute of public administration) dan institut
keguruan (teacher training college). Semua universitas berada di bawah
supervisi Kementerian Pendidikan Tinggi (Ministry of Higher Education) kecuali
Universitas Islam Madinah (Islamic University of Medinah), Universitas terbaik
di Arab Saudi untuk pendidikan agama Islam, yang berada di bawah supervisi
dewan menteri (Council of Ministers). Untuk memasuki perguruan tinggi di Arab
Saudi, calon mahasiswa harus memenuhi tes masuk perguruan tinggi (General
Secondary Education Certificate Examination) atau Tawjihi.
1. Pendidikan Tinggi Universitas
Untuk
pendidikan tinggi universitas, tingkatannya sama seperti universitas pada umumnya,
yaitu: Strata 1 (Bachelor), Strata 2 (Master), dan Strata 3 (Doctor). Untuk S1,
waktu yang dibutuhkan adalah 4 tahun (minimal), tetapi untuk teknik, medis, dan
farmasi dibutuhkan minimal 5 tahun untuk menyelesaikannya. Untuk S2 (Master)
dibutuhkan minimal 2 tahun untuk menyelesaikannya dengan syarat harus sudah
menyelesaikan S1.
Ada
dua jalur untuk S2, dengan tesis (by thesis) atau dengan kuliah (by course).
Apabila kita mengambil jalur tesis, maka setelah menyelesaikan matakuliah yang
sudah ditentukan, kita harus menyelesaikan tesis kurang lebih selama satu tahun
( 2 semester), sedangkan untuk jalur kuliah, kita hanya perlu menyelesaikas
seluruh mata kuliah yang telah ditentukan, namun dengan jumlah mata kuliah yang
lebih banyak.
Untuk
S3, lama waktu yang dibutuhkan adalah 3 tahun setelah menyelesaikan S2. untuk
S3, kita harus menyelesaikan mata kuliah dan mengumpulkan disertasi yang
merupakan hasil riset independen yang telah dilakukan. Selain itu, tambahan
syarat kadang-kadang diperlukan, seperti: minimal mempublikasikan jurnal
internasioanl atau konferensi internasional.
Sebagai
tambahan, ada beberapa universitas khusus untuk perempuan yang sebagian besar
berfokus kepada ilmu pendidikan. Jenjang yang tersedia untuk universitas khusus
perempuan ini mulai dari S1 sampai S3.
Universitas besar di Arab Saudi
di antaranya King Saud University, King Fahd University of Petroleum and
Mineral, King Abdul Aziz University, King Faisal University, dan universitas
baru King Abdullah University of Science and Technology (KAUST).
2.
Pendidikan
Tinggi Non Universitas
·
Technical
College
Pendidikan
tinggi ini setara dengan diploma yang harus diselesaikan selama 3 tahun.
Bidang-bidang yang tersedia: control otomatis, sistem elektrikal otomatis,
otomotif, perlengkapan elektrik, instalasi elektrik, kimia industri, elektronik
industri, dan teknik produksi.
·
Higher
Technical Institute
Pendidikan
ini seperti layaknya D1 yang dapat diselesaikan selama 1 tahun saja.
·
Higher
Technical Institutes for Financial and Commercial Science
Pendidikan
tinggi ini khusus untuk ilmu keuangan dan komersial. Kurikulum yang tersedia
adalah: akuntansi, korespondensi komersil dan bisnis, bahasa ingris, asuransi,
kebudayaan Islam, pemasaran dan periklanan, pembelian dan inventori, dan
kesekretariatan. Lama pendidikan yang harus ditempuh adalah selama 2 tahun.
·
The Institute
of Public Administration
Lama
studi untuk jenis pendidikan tinggi ini adalah selama 2 sampai 3 tahun.
Bidang-bidang yang tersedia adalah: perbankan (2 tahun), pemrosesan data
elektronik (2.5 tahun), administrasi rumah sakit (2 tahun), ilmu kepustakaan (3
tahun), ilmu personil (2 tahun), ilmu kesekretariatan (2 tahun), dan ilmu
pergudangan (2 tahun).
·
Teacher
Training College
Untuk
pendidikan keguruan terbagi menjadi 3 jurusan: guru sekolah dasar dan menengah
pertama (primary school), guru sekolah menengah atas (secondary school), dan
guru pendidikan lanjut (higher education).

Di Saudi Arabia, pendidikan untuk
Laki-Laki dan Perempuan kelasnya dipisah sehingga tidak bercampur menjadi satu.
Hal ini sesuai dengan syariat Islam yang diterapkan oleh Pemerintah Arab Saudi,
seperti gambar berikut :

Untuk
kaum laki-laki hampir semua menggunakan jubah Muslim dengan khas sorban seperti
pada gambar berikut ini.
II.
Sistem Pendidikan di Jerman
Jerman
adalah negara federasi yang terletak di benua Eropa dan terdiri dari 16 negara
bagian yang disebut Land (jamak:Länder) atau Bundesland (negara bagian
federal).
Struktur
sistem pendidikan Jerman secara formal meliputi : pendidikan dasar (primary
education), pendidikan menengah (lower secondary education), dan pendidikan
tinggi. Wajib sekolah / belajar di Jerman berlaku Sembilan atau sepuluh tahun,
dengan normal anak masuk sekolah pada usia enam tahun. Namun demikian, sebagian
anak-anak Jerman ada yang mengikuti pendidikan pra-sekolah (Kindergarten)
secara sukarela pada usia 3-5 tahun.
Adapun
sistem pendidikan di Jerman dapat divisualisasikan sebagai berikut.

Pendidikan
dasar (primary school) dengan lama pendidikan umumnya 4 tahun (usia 6-9
tahun) kecuali ibu kota Negara (Berlin) melaksanakan system 6 tahun, sementara
beberapa Negara bagian yang lain melaksanakan pengajaran tambahan 2 tahun pada
grade 5 dan 6 dalam suatu lembaga perantara yang memberikan berbagai jenis
pelajaran sebagai persiapan masuk ke program-program sekolah menengah. Negara
bagian lain menyediakan bentuk yang lain pula dengan memberikan
pelajaran-pelajaran khusus pada grade 5 dan 6, dan siswa dapat dengan mudah
pindah dari sekolah satu ke sekolah yang lainnya sesuai dengan program yang
diinginkan. Sekolah menengah (lower secondary education)
Jerman
dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :
·
Haupschule/Restschule
Merupakan
jenis sekolah menengah yang memberikan pengajaran yang diarahkan untuk memasuki
pemagangan setelah 4 siswa menerima sertifikat tamat belajar. Program ini
memberikan pelajaran khusus untuk mempersiapkan siswa menghadapi kariernya di
masa mendatang, dan juga mengajarkan bahasa asing (biasanya bahasa Inggris).
Program Hauptschule dikategorikan sebagai program yang paling ringan tuntutan
akademiknya di Jerman pada grade 7 sampai 9.
·
Realschule
Merupakan
program sekolah yang mempersiapkan siswa untuk memasuki karier sebagai pegawai
atau buruh kelas menengah. Program ini memiliki tuntutan akademik yang lebih
tinggi daripada houpschule. Semenjak tahun 1970-an, tamatan sekolah ini telah
menjadi persyaratan untuk memasuki program-program pemagangan. Sertifikat dari
sekolah ini juga menjadi kunci untuk memasuki berbagai jalur pendidikan yang
lebih tinggi.
·
Gymnasium,
Bertujuan
untuk mempersiapkan siswa ke pendidikan tinggi, walaupun tidak semua lulusannya
melanjutkan ke perguruan tinggi. Pada grade 5 sampai 10, isi kurikulum
bervariasi sesuai dengan jenis sekolah yang dimasuki. Mulai grade 11, siswa
dapat memilih spesialisasi dalam susunan yang agak rumit. Setelah berhasil
menyelesaikan ujian pada grade 13 siswa berhak memasuki perguruan tinggi.
·
Gesamtschule
Merupakan
sekolah yang menekankan program secara komprehensif bagi semua anak dalam suatu
bidang, dan anak-anak akan memperoleh sertifikat yang berbeda sesuai dengan
bidang yang dipilihnya. Namun karena terjadi banyak kontroversi pada program
sekolah jenis ini, maka tidak semua daerah yang membuka sekolah ini (hanya
dibuka di daerah yang beraliran sosial demokrat). Selanjutnya, lembaga
pendidikan tinggi di Jerman terdiri dari dua jenis, yaitu: Pertama, akademi /
politeknik / Fachhoschulen yang ditempuh selama 12 tahun pendidikan lengkap);
Kedua, Universitas. Tidak ada persyaratan program tertentu untuk memasuki
universitas, dan tidak ada perbedaan yang jelas antara program sarjana dan
program pascasarjana. Sertifikat Pertama dapat diperoleh setelah 4 atau enam
tahun pelajaran. Selain pendidikan formal, di Jerman juga berkembang pendidikan
non formal yang berupa pendidikan vokasional, teknik, dan bisnis yang
diwajibkan bagi anak-anak yang tamat dengan ijasah pendidikan umum pada tingkat
\Hoptschule atau Realschule dan juga yang tidak dapat ijasah setelah tamat
belajar 9 tahun. Pendidikan ini merupakan prasyarat untuk mendapatkan
pekerjaan, dan pelaksanaannya dapat diikuti secara paruh waktu atau purna
waktu. Pendidikan non formal yang lain yaitu berupa pendidikan orang dewasa
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, sesuai dengan
tuntuntan zaman dan perubahan ekonomi, sosial, dan politik yang sangat cepat.
Program pendidikan orang dewasa dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu umum,
vokasional (termasuk teknik dan keuangan) dan politik.
Perguruan Tinggi
Dalam
peguruan tinggi di Jerman ada dua jenis pendidikan tinggi di Jerman, yaitu
Universität (universit, selanjutnya disingkat UNI) dan Fachhochschule (applied
university, selanjutnya disingkat FH). Secara umum, pendidikan tinggi di Jerman
digolongkan menjadi Universitas (Universitaet), Institut Teknologi (Technische
Universitaet/Hochschule), Sekolah Tinggi Pendidikan (Padagogische Hochschule),
Sekolah Tinggi Seni (Kunsthochschule), Sekolah Tinggi Musik (Musikhochschule),
semacam politeknik tetapi sampai ke jenjang S3 (Fachhochschule), dan semacam
Intitut Pendidikan Dalam Negeri (Verwaltungsfachhochschule).
Walaupun
terdapat banyak jenis pendidikan tinggi di Jerman, kebanyakan mahasiswa
Indonesia kuliah di Universitas, Technische Hochschule atau Fachhochschule.
Institusi pendidikan tinggi ini menawarkan jenjang pendidikan S1 dengan jangka
waktu 6 sampai 7 semester, S2 selama 4 semester dan S3 selama 8 semester.
Pemilihan jenis pendidikan tinggi ini harus didasari keinginan dan rencana
setelah nantinya selesai kuliah. Jika saudara/saudari ingin menjadi peneliti
atau pengajar (dosen) maka universitas atau technische Hochschule menjadi
pilihan, walaupun tidak menutup kemungkinan anda bekerja sebagai praktisi.
Universitas dan technische Hochschule banyak memberikan pendidikan dengan porsi
yang lebih besar di teori daripada praktek. Sedangkan jika ingin menjadi
praktisi seperti bekerja di pabrik atau perusahaan, maka Fachhochschule menjadi
pilihan yang tepat karena Fachhocschule memberikan porsi yang besar pada
praktek. Akan tetapi jika anda tamat dari Fachhochschule, anda tidak bisa
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Universitas.
Perbedaan antara UNI dan FH
diantaranya bisa disebutkan sebagai berikut:
a. Materi perkuliahan
UNI lebih menekankan ke teori dan kepadanya diberikan tanggung jawab dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan. Komposisi antara teori dan praktek di UNI
berkisar 60:40. Sebaliknya, FH (sesuai dengan namanya) lebih menitik beratkan
ke aspek terapan, dengan komposisi teori dan terapan 40:60.
b. Jadwal perkuliahan di UNI
adalah Oktober-Maret untuk musim dingin (Winter Semester) dan April-September
untuk musim panas (Sommer Semester).
Sebaliknya untuk FH
perkuliahan dimulai lebih dini, yaitu Agustus-Januari untuk musim dingin /
winter semester (WS) dan Februari-Juli untuk musim panas / sommer semester
(SS).
c. Waktu melamar. Karena
perbedaan waktu kuliah sebagaimana disebutkan pada point b di atas, maka jadwal
untuk proses seleksi pun juga berbeda. Pendaftaran di FH ditutup lebih cepat
dibandingkan dengan di UNI.

Contoh
Universitas yang pernah Penulis mengikuti kuliah pada Wintersemester 2010-2011
adalah Otto Von Guercke Magdeburg, seperti berikut ini.

Bahasa
yang digunakan dalam kampus ini adalah Bahasa Jerman dengan suasana kelas
seperti berikut ini.

Contoh
perguruan Tinggi dengan model Fachhochschulle adalah Hoschschule Darmsatadt
yang saat ini masih bekerjasama dengan VEDC Malang dalam bentuk pertukaran
Mahasiswa, seperti gambar berikut ini.
Program Yang Ditawarkan
A.
Program klasik
Berbeda
dengan di Indonesia dan sistem 3 jenjang (Sarjana-Magister-Doktor), sampai saat
ini Jerman masih menganut pendidikan tinggi dengan dua jenjang, yaitu Diploma
(Dipl.) dan Doktor (Dr). Dalam jenjang Diploma ini, pada tahun-tahun pertama
mahasiswa diwajibkan mengikuti serangkaian mata kuliah dasar (dikenal dengan
nama Grundstudium). Setelah menyelesaikan semua mata kuliah di Grundstudium
mahasiswa diberi sertifikat Vordiplom, akan tetapi sertifikat ini bukanlah
gelar kesarjanaan. Untuk menyelesaikan Vordiplom, mahasiswa memerlukan waktu
sekitar 2,5 tahun. Setelah mendapatkan Vordiplom, barulah mahasiswa diijinkan
mengambil mata kuliah keahlian pada level yang lebih tinggi (dikenal dengan
Hauptstudium). Setelah menyelesaikan semua mata kuliah Hauptstudium, barulah
mahasiswa diijinkan menulis tugas akhir (dikenal dengan nama Diplomarbeit)
sebagai syarat kelulusan Diploma. Jadi, Diploma adalah gelar resmi pertama yang
diperoleh setelah seseorang menyelesaikan studinya di UNI atau FH.
Antara
Diplom UNI dan Diplom FH memiliki perbedaan-perbedaan, diantaranya:
·
Diplom
FH bisa diselesaikan dalam waktu 4,5 tahun sedangkan Diplom UNI baru bisa
diselesaikan dalam waktu 5 tahun.
·
Diplom
FH memiliki muatan terapan yang lebih besar (60% perkuliahan) dibandingkan
dengan Diplom UNI (40% perkuliahan).
·
Diplom
FH tidak dirancang untuk melanjutkan ke jengang Doktor. Apabila pemegang Diplom
UNI ingin melanjutkan ke program Doktor, maka yang bersangkutan harus mengikuti
proses persamaan terlebih dahulu. Dalam fase ini, kepadanya diwajibkan
mengikuti serangkaian mata kuliah pada level Hauptstudium. Bisa juga ia
mengikuti program Master terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke program Doktor.
Sebaliknya, pemilik gelar Diplom UNI bisa langsung melanjutkan studi ke jenjang
Doktor.
B.
Program Baru
Berdasarkan
Kesepakatan Bologna tahun 1999, semua negara EU bersepakat untuk menyesuakan
sistem pendidikan antara satu negara dengan negara lainnya di kawasan EU. Hal
ini perlu dilakukan karena Kesepakatan Maastricht tahun 1992 menjamin bahwa
semua negara EU harus mengakui kesamaan gelar dan keprofesian yang diberikan
oleh Universitas maupun lembaga profesi di negara-negara EU lainnya.
Dari
Kesepakatan Bologna 1999 tersebut, salah satu isinya adalah semua negara EU
akan mengkonversi sistem pendidikan tingginya menjadi tiga jenjang
Bachelor-Master-Doktor. Disepakati pula bahwa Bachelor (dengan waktu tempuh 3-4
tahun) adalah gelar kesatjanaan pertama yang diberikan oleh Universitas, dimana
pemilik gelar tersebut diyakini telah siap memasuki dunia kerja. Program
pendidikan Master adalah pendidikan lanjutan setelah bachelor dan diberikan
selama 2 tahun. Berdasarkan kesepakatan Bologna 1999 tersebut, UNI dan FH di
Jerman telah mulai mengkonversi sistem lamanya Diplom-Doktor ke sistem baru
Bachelor-Master-Doktor. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika saat ini telah
ada jengang Bachelor-Master di ahmpir semua UNI dan FH. Paling lambat tahun
2010 semua UNI dan FH di Jerman harus sudah mengadopsi sistem
Bachelor-Master-Doktor seratus persen. Di Feie Universität Berlin dan Humboldt
Universität zu Berlin bahkan sistem ini sudah akan diadopsi penuh paling lambat
tahun 2007.
Pendidikan Pra Perguruan Tinggi
Berbeda dengan di Indonesia yang
menganut sistem pendidikan tiga jenjang SD-SLTP-SLTA, Jerman hanya memiliki dua
jenjang pendidikan Pra Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dasar (Grundschule)
dan pendidikan lanjutan (Gymnasium, Realschule atau Berufschule).
Jenjang Pendidikan Pra Perguruan
Tinggi di Jerman memerlukan waktu tempuh normal selama 13 tahun (berbeda dengan
di Indonesia, dimana pendidikan SD-SLTP-SLTA bisa diselesaikan hanya dalam
waktu 12 tahun). Pendidikan sekolah dasar (Grundschule) diberikan dari kelas 1
- 6, dan setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk memilih melanjutkan ke
Gymnasium, Realschule atau Berufschule.
Gymnasium diperuntukkan bagi
siswa-siswa pandai yang dianggap mampu melanjutkan pendidikan sampai jenjang
perguruan tinggi. Jenjang ini ditempuh mulai dari kelas 7 – 13, dan setelah
lulus mereka diberi ijazah yang dikenal sebagai „Abitur“. Jadi sebelum masuk ke
perguruan tinggi, seorang siswa menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah
selama 13 tahun. Berufschule diperuntukkan bagi siswa-siswa yang langsung
dipersiapkan memasuki dunia kerja dan tidak bisa melanjutkan ke perguruan
tinggi. Sedangkan Realschule ada di tengah-tengah keduanya. Kalau dianggap
bagus, siswa dari Realschule bisa meneruskan ke Gymnasium untuk mendapatkan
Abitur, atau bisa juga langsung memasuki dunia kerja.
Pendidikan Tinggi
Setelah mendapatkan Abitur, siswa
langsung bisa mendaftarkan diri ke Perguruan Tinggi. Berbeda dengan calon
mahasiswa di Indonesia yang harus mengikuti ujian tertulis (UMPTN), disini
calon siswa sama sekali tidak perlu mengikuti ujian seleksi. Calon mahasiswa
tinggal mengirimkan berkas lamarannya, dan universitas akan langsung memutuskan
berdasarkan nilai Abitur. Hal tersebut bisa dilakukan karena pendidikan di
seluruh Jerman, baik pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi, memiliki
kualitas yang bisa dikatakan sama.
Untuk
menjamin kualitas yang merata di semua sekolah, setiap anak wajib masuk ke
sekolah terdekat yang telah ditunjuk oleh pemerintah. Sebaliknya, pemerintah
pun menyediakan guru-guru dan fasilitas pendidikan yang merata di semua
sekolah, baik di kota besar maupun di pelosok yang jauh dari kota.
Tujuan Pendidikan di Jerman
Sesuai dengan Konstitusi
(Grundgesetz), Republik Federasi Jerman adalah sebuah 'republik, sebuah
demokrasi, sebuah federal, secara sosial dan konstitutional adalah negara bagian
yang bertanggungjawab. Dengan konstitusi pendidikan yang menjamin : 'kebebasan
untuk seni dan ilmu pengetahuan, penelitian dan mengajar, kebebasan untuk
percaya, menyakini (conscience) dan menyatakan suatu agama, kebebasan untuk
memilih sebuah tempat tinggal dan tempat belajar atau pelatihan, persamaan
hukum dan hak asasi dasar dari orang tua untuk memperhatikan dan mendidik
anak-anak mereka'.
Manajemen Pendidikan di Jerman
Sistem
pendidikan di Jerman adalah desentralisasi, mulai dari level SD sampai dengan
sekolah menengah. Beberapa Lander (penguasa daerah) membuat berbagai ketentuan
konstitusi mereka masing-masing mengenai pengaturan masalah-masalah pendidikan,
dan seluruhnya melalui proses legislative. Pengaturan ini meliputi penetapan
tujuan pendidikan, struktur, isi pengajaran, dan prosedur dalam system daerah
mereka masing-masing. Adapun yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan di dalam Negara bagian adalah kementrian kabinet atau Kementrian
Kebudayaan (Kultusministerium). Pada Negara-negara bagian yang luas daerahnya,
sekolah tidak dikontrol secara langsung oleh kementrian Negara bagian, tetapi
melalui badan administrasi regional yang merupakan bagian dari badan ekskutif.
Masyarakat setempat biasanya juga punya tanggung jawab menyediakan
infrastruktur yang diperlukan dan adakalanya juga terlibat dalam pengangkatan
staf.
·
Biaya Pendidikan.
Alokasi
biaya pendidikan sepenuhnya bersumber dari Lander (Daerah) dan masyarakat
setempat, kecuali untuk pendidikan tinggi. Menjadi tanggung jawab pemerintah
federal. Hampir semua program pendidikan di jerman bersifat gratis (termasuk
pembebasan uang kuliah di pendidikan tinggi). Pemerintah federal juga
memberikan bantuan uang kepada sebagian siswa sekolah menengah dan mahasiswa
perguruan tinggi. Kebanyakan sekolah-sekolah swasta yang kecil, kira-kira 90%
dari biaya operasional sekolah dibantu oleh pemerintah federal Pengeluaran
pemerintah federal pada tahun 1990 untuk anggaran pendidikan mencapai total
9,3% dari GNP.
·
Personalia.
Hanya
guru-guru Gymnasium dan sebagian guru-guru specialis untuk bidang keuangan yang
dididik di tingkat Universitas (S1), dengan tekanan utama bidang keahlian
daripada bidang keguruan. Namun demikian. sejak tahun 1960, telah mulai
dicanangkan persyaratan kualifikasi yang sama untuk semua guru, minimal telah
di didik di Universitas. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan
metode mengajar ditempuh melalui in-service training.
·
Kurikulum.
Kurikulum
dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan sesuai Negara bagian masing-masing
dibawah kendali Lander (pemerintah daerah). Sebagian besar Lander mewajibkan
mata pelajaran di primary education sebagai berikut: German; mathematics;
social studies (usually taught as Sachunterricht); history (usually taught as
Sachunterricht ) geography (usually taught as Sachunterricht); biology (aspects
of biology are taught within science, which is usually taught as Sachunterricht
); physics (aspects of physics are taught within science, which is usually
taught as Sachunterricht); chemistry (aspects of chemistry are taught within
science, which is usually taught as Sachunterricht); art; music; sport; and
modern foreign languages. Sedangkan untuk sekolah menengah, kurikulum
berbeda-beda penekannannya, sesuai jenis sekolah. Namun paling tidak pada setiap
jenis sekolah menengah tersebut memuat materi pelajaran sebagai berikut:
German; mathematics; on foreign language (usually English); natural and social
sciences; music; art; and sport.
·
Sistem Ujian
dan Sertifikasi.
Penilaian
akhir tahun siswa di dasarkan pada hasil analisis terhadap kinerja siswa. Dari
Grade 2 (primer, umur tujuh) dan seterusnya, hanya terdapat laporan
setengah-tahunan meliputi komentar terhadap kemajuan dan nilai yang diperoleh
dengan membandingkan kinerja mereka dengan apa ada pada selain dalam sebuah
kelompok pengajaran. Terdapat satu kecenderungan ke arah pelaporan proses
belajar dan kinerja, dan terhadap keikutsertaan kelas serta perilaku sosial di
sekolah. Anak-anak yang nilainya dan hal lainnya tidak cukup harus (dapat memilih)
untuk mengulang kembali di awal tahun baru. Tidak ada nilai ujian atau ijasah
di sekolah dasar, yang ada hanya sebuah laporan kinerja siswa pada akhir tahun.
Ujian nasional di selenggarakan pada grade 10 dan 12.

Suasana
kelas yang pernah penulis amati adalah dengan model double L seperti yang
terjadi pada Berufsschule Magdeburg berikut ini.
III.
Sistem
Pendidikan di Finlandia
Republik
Finlandia adalah sebuah negara Skandinavia yang juga termasuk negara Nordik.
Karena terletak di Eropa Utara, Finlandia menjadi anggota dari Uni Eropa.
Finlandia memiliki perbatasan darat dengan Swedia, Norwegia, dan Rusia
sedangkan batas lautnya adalah Laut Baltik di barat daya, Teluk Finlandia di
selatan, dan Teluk Bothnia di barat.
Ibukota
negara penghasil telepon genggam Nokia dan negeri kelahiran Angry Birds ini
adalah Helsinki. Penduduknya sebesar lima juta jiwa mendiami lebih dari 330.000
km² sehingga negara ini terdapat dalam urutan ke-162 dalam kepadatan penduduk
di dunia. Finlandia dikenal sebagai salah satu negara dengan pendidikan terbaik
di dunia. Ada banyak sekali sumber yang membahas tentang kehebatan sistem
pendidikan mereka, namun masih sangat sedikit yang mengkaji pendidikan kejuruan
disana. Sistem pendidikan Finlandia adalah sistem yang egaliter, tanpa biaya
sekolah dan disediakan makanan gratis di sekolah untuk siswa full-time.
Anggaran pendidikan Finlandia pada tahun 2009 adalah Euro 11,1 milyar atau Euro
2100 per kapita (sekitar Rp 25 juta per kapita per tahun).
Di
Finlandia, pendidikan kejuruan dimulai di level pendidikan menengah. Setelah
sembilan tahun sekolah umum yang komprehensif, siswa dapat memilih untuk
melanjutkan ke salah satu "lukio" (sekolah menengah atas), suatu
lembaga pendidikan yang mempersiapkan siswa untuk masuk pendidikan tinggi, atau
bisa pula masuk ke "ammattikoulu" (sekolah menengah
kejuruan/vokasional). Kedua bentuk pendidikan menengah ini berdurasi tiga tahun,
dan memberikan kualifikasi formal bagi lulusannya. Lulusan pendidikan umum bisa
melanjutkan ke universitas umum dan politeknik, namun lulusan pendidikan
kejuruan hanya bisa masuk ke politeknik atau langsung bekerja. Sertifikat
kelulusan diperlukan untuk masuk universitas atau
"ammattikorkeakoulu" (politeknik di Finlandia).
Pendidikan di sekolah menengah kejuruan adalah
gratis, dan mahasiswa dari keluarga berpenghasilan rendah bisa mendapatkan
beasiswa dari negara untuk jenjang yang lebih tinggi. Kurikulum ditekankan pada
materi kejuruan dan selalu disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja.
Sekolah-sekolah kejuruan sebagian besar dikelola oleh pemerintah kota. Dalam
bidang-bidang tertentu (misalnya sekolah polisi, pelatihan personil untuk
kontrol lalu lintas udara), persyaratan masuk sekolah kejuruan seperti ini
adalah harus lulus dari "lukio" (sekolah menengah umum), hal ini
menyebabkan siswa lulusan sekolah menengah kejuruan terpaksa harus
menyelesaikan pendidikan menengah mereka dua kali jika ingin masuk ke
pendidikan khusus.
Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah atas dimulai
pada umur 16 atau 17 dan berlangsung selama tiga sampai empat tahun. Pendidikan
tingkat ini sudah tidak wajib. Siswa pada tingkat ini dapat memilih untuk
menjalani pendidikan dan pelatihan kerja pada sekolah menengah kejuruan untuk
mengembangkan kompetensi kejuruan dan untuk mempersiapkan mereka masuk
politeknik dan bekerja. Sekolah menengah atas kejuruan akan mendapatkan
kualifikasi kejuruan (dalam bahasa Finlandia: ammatillinen perustutkinto,
bahasa Swedia: yrkesinriktad grundexamen). Penyelesaian kualifikasi kejuruan
ini memakan waktu 3 tahun dan lulusannya akan dinyatakan layak untuk
melanjutkan ke pendidikan tinggi kejuruan (disebut sebagai AMK atau politeknik)
atau bekerja.
Pendidikan ini dapat dilaksanakan
dalam sekolah kejuruan multi-bidang (memiliki banyak jurusan) atau khusus
(hanya jurusan tertentu), dapat juga diselenggarakan dalam bentuk pelatihan
magang yang menggabungkan pembelajaran di tempat kerja dan studi teoritis di
lembaga pendidikan kejuruan. Kualifikasi kejuruan ini juga dapat diambil
sebagai kualifikasi berbasis kompetensi, dimana keterampilan kejuruan dan
persyaratan pengetahuannya sama tetapi independen (dilakukan diluar) dari
pendidikan formal dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan kejuruan diatur oleh
Undang-Undang Pendidikan Kejuruan (630/1998) dan Surat Keputusan (811/1998).
Untuk mendapatkan hak penyelenggaraan dan pemberian kualifikasi kejuruan,
penyelenggara pendidikan harus memiliki lisensi yang diberikan oleh Kementrian
Pendidikan, yang menentukan bidang studi, jumlah siswa, kewajiban
penyelenggara, dan lain-lain. Pendidikan dan pelatihan kejuruan pada tingkatan
ini memiliki delapan sektor yaitu Humaniora dan Pendidikan, Budaya, Ilmu Alam,
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Pariwisata, Katering dan Jasa Domestik,
Pelayanan Sosial, Kesehatan dan Olahraga, Teknologi, Komunikasi dan
Transportasi, Ilmu Sosial, Bisnis dan Administrasi. Secara keseluruhan, ada 52
kualifikasi kejuruan terbagi dalam 113 program studi.
Kementrian Pendidikan yang memutuskan
bentuk struktur kualifikasi kejuruan. Dewan Nasional Pendidikan yang menyusun
kurikulum inti nasional dan pedoman kualifikasi, menentukan tujuan, isi, dan
kriteria penilaian studi. Kurikulum inti ditangani oleh komite pelatihan
tripartit (pemerintah, dunia industri dan penyelenggara pendidikan/pelatihan),
yang berupa badan terdiri dari para ahli yang didirikan di bawah Kementrian
Pendidikan untuk memberikan saran dalam merencanakan dan mengembangkan
pendidikan kejuruan dan pelatihan.
Pada
level ini siswa bisa memilih pendidikan umum dengan masuk sekolah menengah atas
akademik yang fokus pada persiapan untuk studi lanjutan. Lulusan pendidikan
menengah atas umum dapat melanjutkan ke universitas dan/atau AMK tingkat pasca
sarjana dengan gelar profesional di bidang-bidang seperti hukum, kedokteran,
sains, pendidikan, dan humaniora. Penerimaan ke sekolah-sekolah tinggi akademik
didasarkan pada IPK, dan dalam beberapa kasus dengan tes akademis dan
wawancara. Setelah lulus dari sekolah kejuruan, para lulusan menerima
sertifikat sekolah kejuruan.
Pendidikan Tinggi
"Ammattikorkeakoulu"
("yrkeshögskola" dalam Bahasa Swedia, polytechnic atau university of
applied sciences dalam Bahasa Inggris, sekolah tinggi ilmu terapan dalam Bahasa
Indonesia), disingkat AMK, adalah sebuah lembaga pendidikan tinggi vokasional
di Finlandia. Istilah ini secara harfiah berarti "sekolah tinggi
pendidikan kejuruan". Meskipun Kementerian Pendidikan Finlandia
merekomendasikan istilah bahasa Inggris "politeknik", namun
Konferensi Rektor dari Universitas-universitas Finlandia bidang Ilmu Terapan
telah memutuskan untuk menggunakan istilah "universitas ilmu
terapan".
Finlandia menduduki peringkat
pertama di dunia sebagai negara yang memiliki kualitas pendidikan terbaik?
Negara Skandinavia ini selalu menempati urutan pertama dalam penilaian yang
dilakukan oleh Program for International Student Assestment (PISA) sejak tahun
2003. Anggaran pendidikan di negara yang beribu kota di Helsinski ini paling
dibandingkan dengan negara Eropa lainnya. Selain unggul secara kualitas
pendidikan, Finlandia juga juara dalam pendidikan anak-anak lemah mental.
Sistem pendidikan Finlandia
merupakan kerja keras dari Profesor Reuven Feuerstein. Konsep pendidikan
Feuerstein telah digunakan Finlandia selama lebih dari 20 tahun. Sistem
Feuerstein berfokus pada konsep bahwa setiap orang mempunyai kemampuan yang
berbeda untuk mengubah diri. Kuncinya adalah identifikasi faktor penghambat dan
lebih fokus pada kelebihan untuk mengembangkan kemampuan belajar setiap orang.
Sistem pendidikan Feuerstein ini
pertama kali diimplementasikan tahun 1952 pada anak-anak yang selamat dari
pembunuhan massal dengan cara membakar (Holocaust). Rahasia konsep pendidikan
yang dibuat Feuerstein terletak pada penanaman pembelajaran dan strategi
berpikir kognitif, bukannya fokus pada penghafalan konten.
Apa
saja kunci kesuksesan sistem pendidikan Finlandia? “Intelligence plus
character-that is the goal of true education” kutipan milik Martin Luther King,
rasanya pantas menggambarkan sistem pendidikan Finlandia. Beberapa poin penting
dari sistem pendidikan di Finlandia seperti ditunjukkan pada gambar dan
informasi berikut ini.


Perguruan Tinggi Sekolah dasar
Beberapa konsep pendidikan yang
diterapkan di Negara Finlandia
1.
Konsep
pendidikan Finlandia adalah “Test less, Learn more”
2.
Biaya
pendidikan di Finlandia gratis hingga jenjang Universitas. Pemerintah menilai
performa siswa dengan mengambil 10 persen dari pekerjaan selama di sekolah.
3.
Jam
sekolah siswa Finlandia jauh lebih sedikit dibandingkan jam sekolah di banyak
negara. Siswa mulai sekolah pada usia 7 tahun dan hanya menghabiskan 30 jam per
minggu.
4.
Sistem
pendidikan Finlandia tidak membebankan banyak tugas pada siswa. Homework
doesn’t make you smart. Berbeda dengan sistem pendidikan Amerika yang
memberikan PR (pekerjaan rumah) selama 2 – 3 jam per hari, Finlandia hanya
memberlakukan homework maksimal 30 menit per hari.
5.
Finlandia tidak memiliki sistem Ujian
Nasional. Satu-satunya mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa adalah
bahasa Finlandia (Finnish).
6.
Jumlah siswa di setiap kelas sangat terbatas,
hanya 20 orang per kelas pada tahun pertama sekolah serta tahun keenam dan
ketujuh. Jika ada siswa yang tertinggal kelas, ada satu guru yang ditugaskan
untuk membantu siswa mengejar ketinggalan.
7.
Semua guru pengajar di Finlandia harus
memiliki gelar master sebelum mengajar. Guru pengajar yang bergelar S2
bertindak sebagai guru mata pelajaran, sedangkan guru kedua yang bergelar S1
menjadi pengawas atau pembimbing setiap siswa dalam memahami bidang studi.
8.
Pelajar
diberi otonomi khusus untuk menentukan jadwal ujian mata pelajaran yang
menurutnya sudah dikuasai.
9.
Anak
Finlandia tidak diijinkan untuk bersekolah sebelum usia tujuh tahun. TK di
Finlandia tidak membebankan pelajaran pada anak-anak karena menghormati masa
kecil dan hak mereka untuk bermain.
10. Setiap siswa diwajibkan membaca 1
buku setiap minggunya.
11. Bahasa asing mulai diajarkan sejak tahun
pertama sekolah. Alasan kebijakan ini adalah untuk memenangkan persaingan
ekonomi Eropa, mengembangkan wawasan dalam menghargai keragaman kultur.
12. Metode pembelajaran bukan ceramah, melainkan
dengan penerapan belajar aktif. Suasana proses belajar menyenangkan, metode
dikte atau menyuruh dihilangkan karena akan membuat siswa tertekan
13. Guru tidak memberikan kritik terhadap
pekerjaan siswa dengan kata “Kamu salah” karena hal tersebut akan membuat siswa
malu sehingga menghambat proses pemahamannya.
14. Tidak ada sistem rangking dalam metode
pembelajaran Finlandia. Siswa diminta membandingkan pekerjaannya sendiri dengan
hasil sebelumnya. Siswa juga tidak dituntut untuk bisa menjawab dengan benar,
namun dihargai karena sudah berusaha sebaik mungkin.
15. Siswa tidak perlu memakai sepatu
ketika sedang belajar di kelas. Siswa juga tidak perlu memakai seragam saat
bersekolah, bahkan kepala sekolah mengenakan kemeja krah terbuka dan celana
jeans.
16. Sekolah tingkat dasar dan
menengah digabung, sehingga siswa tidak perlu berganti sekolah saat usia 13.
Pergantian sekolah juga tidak memerlukan ijazah seperti Indonesia, namun hanya
dengan nilai rapor.
17. Stasiun Televisi yang menyiarkan
program berbahasa asing wajib menyertakan teks terjemahan dalam bahasa Finnish
agar anak-anak dapat belajar ketika menonton Televisi
Beberapa
Perbedaan Sistem Pendidikan di Finlandia dan Indonesia
·
Finlandia
: Anak-anak baru bersekolah setelah mereka berusia 7 tahun. Indonesia : ada playgroup, TK A, TK B,
bahkan sebelum umur 3 tahun pun sudah ada yang „menyekolahkan‟ anaknya, meskipun
memang cuma satu jam dengan tujuan anaknya bersosialisasi. Masalahnya lagi,
untuk masuk SD pun sekarang anak-anak diharuskan sudah bisa membaca. Ada tes
masuknya juga, jadi yang stres bukan hanya anaknya, tetapi orang tuanya juga.
·
Finlandia
: sebelum mencapai usia remaja, anak-anak ini jarang sekali diminta mengerjakan
pekerjaan rumah dan tidak pernah disuruh mengikuti ujian. Indonesia : TK pun sekarang sudah punya
pekerjaan rumah, meskipun hanya sekedar menebalkan garis dan menulis
angka.
·
Finlandia
: hanya ada satu tes yang wajib diikuti oleh pelajar, dan saat itu mereka
berusia 16 tahun.
Indonesia : like I
mentioned before, masuk SD pun ada tesnya. Terutama SD favorit.
·
Finlandia
: sekolah tidak membedakan anak yang pintar dan kurang pintar. Seluruhnya
ditempatkan di dalam ruang kelas yang sama. Indonesia : ada
beberapa sekolah yang memberlakukan pembagian kelas berdasarkan tingkat
intelejensi anak. Contoh : peringkat 1-10 masuk ke kelas A, 11-20 kelas B dan
seteruanya.
·
Finlandia
: Kesenjangan antara murid terpintar dan murid paling tidak pintar di Finlandia
adalah yang terkecil di dunia. Artinya, murid paling tidak pintar pun masih
terhitung pintar. Indonesia
: kesenjangan begitu terlihat, banyak siswa pintar, yang kurang pun banyak.
·
Finlandia
: Setiap guru hanya menghabiskan waktu 4 jam sehari di kelas dan punya waktu 2
jam per minggu yang didedikasikan untuk „professional development‟. Indonesia :
para guru di Indonesia yang bisa mengajar mulai jam 7 pagi sampai jam 3 sore
non stop.
·
Finlandia
: Jumlah guru yang dimiliki oleh Finlandia sama dengan jumlah guru di New York,
namun jumlah murid yang ditangani jauh lebih sedikit. Indonesia : Jumlah guru
dibandingkan murid sangat jauh, dalam 1 kelas biasa terdapat 32 murid, dan 1
guru.
·
Finlandia
: Seluruh sistem pendidikan didanai oleh negara (semua gratis). Indonesia : meskipun sudah ada
beberapa wilayah yang menetapkan pendidikan gratis, masih banyak
pungutan-pungutan yang harus dibayar siswa kepada sekolah, seperti uang Lab
komputer, Lab bahasa dan lain sebagainya.
·
Finlandia
: Seluruh guru harus memiliki gelar Master/S2 yang didanai seluruhnya oleh
pemerintah.
Indonesia : guru harus mencari biaya untuk melanjutkan pendidikan
sendiri, tak semua gutu memperoleh bantuan pemerintah untuk studi lanjut.
·
Finlandia
: Kurikulum nasional hanya berlaku umum. Setiap guru diberikan kebebasan untuk
mengembangkan metode pengajarannya. Indonesia :
Guru wajib mengikuti kurikulum dari pemerintah yang hampir setiap 5 tahun
berubah-ubah.
·
Finlandia
: yang menjadi guru hanyalah 10 lulusan teratas di universitas. Indonesia : para lulusan terbaik
kebanyakan berprofesi sebagai Dokter, pengacara, direktur, investasi dan saham,
pegawai Pajak dan lain sebagainya.
·
Finlandia
: Status guru di masyarakat setara dengan status pengacara dan dokter.
Indonesia : Status guru (apalagi non-pns) masih sering diremehkan, dan dianggap
pekerjaan yang kurang mencukupi kebutuhan hidupnya.
daftar pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar