Minggu, 11 Oktober 2015

PERTEMUAN 1 - KELOMPOK 5 (EDUCATION)

  



KELOMPOK 5:

1. MUHAMMAD ROYAN FEBRIANTO (17514534)

 2. MUTIARA NUGRAHENI ADI ( 17514687)

3. NADIA ULFA  (17514743)

4. NUR AMALIA (18514138)

5. NUR ROHMAH APRILIA (18514185)

6. NUR MARLINDA RUSANTI (18514235) 

7. POLINA ARIENDAY (18514456) 

8. RAPIKA HIDJRIYANI PRATIWI (1C514835)

 9. REZA AULIYA YUNITA DEWI (1C514840)



APA ITU EDUCATION (PENDIDIKAN)?


 FILOSOFI EDUCATION

Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran. Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."[butuh rujukan] Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

PENGERTIAN PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI

Plato (Filsuf Yunani, 429 SM – 346 SM)

Pendidikan adalah segala sesuatu yang membantu perkembangan individu dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesempurnaan.

Abdullah Ibnu al-Muqaffa (Filsuf Persia, 756)

Pendidikan adalah kebutuhan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan dan mencapai peradaban yang tinggi (kesempurnaan) yang merupakan santapan akal dan rohani.

Jean-Jacques Rousseau (Filsuf Perancis, 1712 – 1778)

Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

John Stuart Mill (Filsuf Inggris, 1806-1873)

Pendidikan adalah meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan untuk orang lain oleh dia, dengan tujuan mendekatakan dia kepada tingkat kesempurnaan.

John Dewey (Filsuf Amerika Serikat, 1859-1952)

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual maupun daya emosional atau perasaan ke arah alam dan sesama manusia. Pendidikan merupakan proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
Mary McLeod Bethune (Pakar Pendidikan, 1871 – 1955)

Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.

Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, 1889-1959)

Pendidikan yaitu tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran (intelektual) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Edgar Dale (Pakar Pendidikan, 1900 – 1985)

Pendidikan merupakan usaha secara sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar bisa mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.

Martinus Jan Langeveld (Pakar Pendidikan, 1905 – 1989)

Pendidikan merujuk kepada berbagai usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan orang dewasa kepada anak-anak agar menuju proses pendewasaan atau lebih tepatnya membantu anak-anak agar lebih cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pendidikan tersebut merupakan suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk mengubah tabiat (behavior) manusia. Behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang. Pendidikan merupakan setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak di lapangan atau dalam kedaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.

Paulo Freire (Pakar Pendidikan, 1921 – 1997)

Pendidikan merupakan jalan menuju pembebasan yang permanen dan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah masa di mana manusia menjadi sadar akan pembebasan mereka, yang melalui praktik mengubah keadaan itu. Tahap kedua dibangun atas tahap yang pertama, dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang membebaskan.

Carter V. Good (Pakar Pendidikan)

Pendidikan ialah: 1) Seni, praktik atau profesi mengajar; 2) ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid.

Jeff Thompson (Pakar Pendidikan, 2010)

Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap seorang individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan tetap dalam kebiasaan berperilaku, berfikir, dan sifatnya.

Redja Mudyahardjo (2001)

Dalam bukunya, Pengantar Pendidikan: sebuah studi awal tentang dasar-dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan Indonesia, dikemukakan bahwa pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

FUNGSI PENDIDIKAN

Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
  • Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
  • Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
  • Melestarikan kebudayaan.
  • Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.


Fungsi lain dari lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.

  • Mengurangi pengendalian orang tua.
  • Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah
  • Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka
  • Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
  • Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.


Menurut David Popenoe, ada beberapa macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
·       Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
·         Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
·         Menjamin integrasi sosial.
·         Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
·         Sumber inovasi sosial.

MACAM-MACAM PENDIDIKAN
 1. Pendidikan Nonformal


Proses belajar yang relatif tak disadari yang kemudian menjadi kecakapan dan sikap hidup sehari-hari. Misalnya: Pendidikan dirumah; tempat ibadah; lapangan bermain; perpustakaan; radio; televisi

2. Pendidikan Formal

Proses belajar yang dilaksanakan secara sengaja dengan tujuan dan bahan agar yang disrumuskan secara jelas dan diklasifikasikan secara tegas. Misalnya: Jenjang pendidikan sekolah (TK, SD, SMP, SMA/SMK, D3/S1 dst 

3. Pendidikan Informal

Proses belajar yang dilaksanakan secara sengaja tetapi tidak memenuhi syarat untuk masuk ke jenjang pendidikan formal. Misalnya: Kursus menjahit; kursus memasak; kursus tari; kursus musik.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan dimulai dari persiapan pendidikan (sebelum anak lahir), kemudian dilakukan pendidikan informal dalam keluarga (setelah anak lahir) oleh orang tua, pada masanya anak memasuki pendidikan formal di sekolah dan selebihnya kegiatan pendidikan berjalan di luar keluarga dan sekolah yaitu dalam masyarakat, sehingga dengan demikian mengingatkan kita bahwa pada dasarnya manusia itu hendaknya memperoleh pendidikan selama hidupnya. Inilah yaitu mungkin dikenal dengan asas baru dalam dunia pendidikan sebagai “Pendidikan Seumur Hidup” (life long education) yang di negara Canada dikenal dengan “Life Long Learning” dan di Amerika dikenal dengan “Continuing Education”.


Tujuan Pendidikan


Tujuan Pendidikan  adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemrintah ini, maka usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat Universitas.

Tujuan Pendidikan dalam UUD 1945 (versi Amandemen)
1.     Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”
2.     Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”


Tujuan Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003
Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Tujuan Pendidikan Menurut UNESCO

Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.

ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
a.       Pendidikan budi pekerti atau pendidikan akhlak
b.      Pendidikan kecerdasan
c.       Pendidikan sosial atau kemasyarakatan
d.      Pendidikan kewarganegaraan
e.       Pendidikan keindahan atau estetika
f.       Pendidikan jasmani
g.      Pendidikan agama

h.      Pendidikan kesejahteraan keluarga

PERBANDINGAN PENDIDIKAN DI BEBERAPA NEGARA
                                                                                               

I.                   Pendidikan di Negara Arab Saudi

Pendidikan di Arab Saudi terbagi menjadi dua bagian:
Ø  Pendidikan Umum yang terbagi menjadi tiga tahap
1. Sekolah Dasar (Ibtida'iyah) dengan lama studi 6 tahun
2. Sekolah Menengah Pertama (Mutawasithah) dengan lama studi 3 tahun
3. Sekolah Menengah Atas (Tsanawiyyah) dengan lama studi 3 tahun
4.  Pendidikan Tinggi yang terbagi menjadi:
A. Studi Sarjana (Bachelor)
B. Studi Magister
C. Studi Doktoral

Ø  Pendidikan khusus menghafal al-Qur'an dijenjang
1.      Sekolah Dasar
2.      Sekolah Menengah Pertama
3.      Sekolah Menengah Atas
4.      Dan juga Pendidikan Industri, Perdagangan dan Pertanian.

Pendidikan Umum diawasi oleh Kementerian Pendidikan dan Pengajaran Arab Saudi sementara Pendidikan Tinggi diawasi oleh Kementerian Pendidikan Tinggi Arab Saudi.
Pada tahun 1424 H (2003-2004) telah keluar peraturan baru yakni mengadakan ujian kemampuan untuk seluruh siswa kelas akhir di tingkat Sekolah Menengah Atas dan juga Pendidikan Industri, Perdagangan dan Pertanian. Pendidikan Umum diawasi oleh Kementerian Pendidikan dan Pengajaran Arab Saudi sementara Pendidikan Tinggi diawasi oleh Kementerian Pendidikan Tinggi Arab Saudi. Pada tahun 1424 H (2003-2004) telah keluar peraturan baru yakni mengadakan ujian kemampuan untuk seluruh siswa kelas akhir di tingkat Sekolah Menengah Atas (Tsanawiyah) yang diadakan di Universitas-universitas oleh Pusat Standarisasi dan Pengembangan Arab Saudi, tes tersebut mengukur bidang kebahasaan dan keolahragaan. Selain itu, bagi para siswa yang akan melanjutkan studinya di bidang kedokteran atau teknik diwajibkan untuk mengikuti ujian prestasi dengan 5 mata pelajaran (Matematika, Kimia, Fisika, Bahasa Inggris dan Biologi). Pada tahun 1434 H (2012-2013), mata pelajaran Bahasa Inggris dihapus dari ujian prestasi tersebut.
Sejak beberapa tahun yang lalu, Pemerintah Arab Saudi juga membuat Program Pelayan Dua Tanah Suci untuk Beasiswa ke luar negeri, yakni program besar dan ambisius yang bertujuan untuk mengembangkan bakat Warga Negara Arab Saudi dengan mengirimkan warga Saudi ke universitas-universitas di berbagai belahan dunia, program ini sudah diikuti oleh 10 ribu penerima beasiswa.

Pendidikan Tinggi (Higher Education)

Pendidikan tinggi atau universitas di Arab Saudi terbagi menjadi dua bagian utama yakni Pendidikan Agama dan Pendidikan Umum. Namun demikian, sekarang sudah sangat banyak universitas yang menggabungkan keduanya. Jenis perguruan tinggi di Arab Saudi adalah universitas, institut untuk perempuan (college for women), institut administrasi publik (institute of public administration) dan institut keguruan (teacher training college). Semua universitas berada di bawah supervisi Kementerian Pendidikan Tinggi (Ministry of Higher Education) kecuali Universitas Islam Madinah (Islamic University of Medinah), Universitas terbaik di Arab Saudi untuk pendidikan agama Islam, yang berada di bawah supervisi dewan menteri (Council of Ministers). Untuk memasuki perguruan tinggi di Arab Saudi, calon mahasiswa harus memenuhi tes masuk perguruan tinggi (General Secondary Education Certificate Examination) atau Tawjihi.

1.      Pendidikan Tinggi Universitas

Untuk pendidikan tinggi universitas, tingkatannya sama seperti universitas pada umumnya, yaitu: Strata 1 (Bachelor), Strata 2 (Master), dan Strata 3 (Doctor). Untuk S1, waktu yang dibutuhkan adalah 4 tahun (minimal), tetapi untuk teknik, medis, dan farmasi dibutuhkan minimal 5 tahun untuk menyelesaikannya. Untuk S2 (Master) dibutuhkan minimal 2 tahun untuk menyelesaikannya dengan syarat harus sudah menyelesaikan S1.
Ada dua jalur untuk S2, dengan tesis (by thesis) atau dengan kuliah (by course). Apabila kita mengambil jalur tesis, maka setelah menyelesaikan matakuliah yang sudah ditentukan, kita harus menyelesaikan tesis kurang lebih selama satu tahun ( 2 semester), sedangkan untuk jalur kuliah, kita hanya perlu menyelesaikas seluruh mata kuliah yang telah ditentukan, namun dengan jumlah mata kuliah yang lebih banyak.
Untuk S3, lama waktu yang dibutuhkan adalah 3 tahun setelah menyelesaikan S2. untuk S3, kita harus menyelesaikan mata kuliah dan mengumpulkan disertasi yang merupakan hasil riset independen yang telah dilakukan. Selain itu, tambahan syarat kadang-kadang diperlukan, seperti: minimal mempublikasikan jurnal internasioanl atau konferensi internasional.
Sebagai tambahan, ada beberapa universitas khusus untuk perempuan yang sebagian besar berfokus kepada ilmu pendidikan. Jenjang yang tersedia untuk universitas khusus perempuan ini mulai dari S1 sampai S3.
Universitas besar di Arab Saudi di antaranya King Saud University, King Fahd University of Petroleum and Mineral, King Abdul Aziz University, King Faisal University, dan universitas baru King Abdullah University of Science and Technology (KAUST).


2.      Pendidikan Tinggi Non Universitas

·         Technical College
Pendidikan tinggi ini setara dengan diploma yang harus diselesaikan selama 3 tahun. Bidang-bidang yang tersedia: control otomatis, sistem elektrikal otomatis, otomotif, perlengkapan elektrik, instalasi elektrik, kimia industri, elektronik industri, dan teknik produksi.
·           Higher Technical Institute
Pendidikan ini seperti layaknya D1 yang dapat diselesaikan selama 1 tahun saja.
·           Higher Technical Institutes for Financial and Commercial Science
Pendidikan tinggi ini khusus untuk ilmu keuangan dan komersial. Kurikulum yang tersedia adalah: akuntansi, korespondensi komersil dan bisnis, bahasa ingris, asuransi, kebudayaan Islam, pemasaran dan periklanan, pembelian dan inventori, dan kesekretariatan. Lama pendidikan yang harus ditempuh adalah selama 2 tahun.
·           The Institute of Public Administration
Lama studi untuk jenis pendidikan tinggi ini adalah selama 2 sampai 3 tahun. Bidang-bidang yang tersedia adalah: perbankan (2 tahun), pemrosesan data elektronik (2.5 tahun), administrasi rumah sakit (2 tahun), ilmu kepustakaan (3 tahun), ilmu personil (2 tahun), ilmu kesekretariatan (2 tahun), dan ilmu pergudangan (2 tahun).
·           Teacher Training College
Untuk pendidikan keguruan terbagi menjadi 3 jurusan: guru sekolah dasar dan menengah pertama (primary school), guru sekolah menengah atas (secondary school), dan guru pendidikan lanjut (higher education).


Di Saudi Arabia, pendidikan untuk Laki-Laki dan Perempuan kelasnya dipisah sehingga tidak bercampur menjadi satu. Hal ini sesuai dengan syariat Islam yang diterapkan oleh Pemerintah Arab Saudi, seperti gambar berikut :



Untuk kaum laki-laki hampir semua menggunakan jubah Muslim dengan khas sorban seperti pada gambar berikut ini.





II.                Sistem Pendidikan di Jerman

Jerman adalah negara federasi yang terletak di benua Eropa dan terdiri dari 16 negara bagian yang disebut Land (jamak:Länder) atau Bundesland (negara bagian federal).
Struktur sistem pendidikan Jerman secara formal meliputi : pendidikan dasar (primary education), pendidikan menengah (lower secondary education), dan pendidikan tinggi. Wajib sekolah / belajar di Jerman berlaku Sembilan atau sepuluh tahun, dengan normal anak masuk sekolah pada usia enam tahun. Namun demikian, sebagian anak-anak Jerman ada yang mengikuti pendidikan pra-sekolah (Kindergarten) secara sukarela pada usia 3-5 tahun.
Adapun sistem pendidikan di Jerman dapat divisualisasikan sebagai berikut.



Pendidikan dasar (primary school) dengan lama pendidikan umumnya 4 tahun (usia 6-9 tahun) kecuali ibu kota Negara (Berlin) melaksanakan system 6 tahun, sementara beberapa Negara bagian yang lain melaksanakan pengajaran tambahan 2 tahun pada grade 5 dan 6 dalam suatu lembaga perantara yang memberikan berbagai jenis pelajaran sebagai persiapan masuk ke program-program sekolah menengah. Negara bagian lain menyediakan bentuk yang lain pula dengan memberikan pelajaran-pelajaran khusus pada grade 5 dan 6, dan siswa dapat dengan mudah pindah dari sekolah satu ke sekolah yang lainnya sesuai dengan program yang diinginkan. Sekolah menengah (lower secondary education)
Jerman dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :

·         Haupschule/Restschule
Merupakan jenis sekolah menengah yang memberikan pengajaran yang diarahkan untuk memasuki pemagangan setelah 4 siswa menerima sertifikat tamat belajar. Program ini memberikan pelajaran khusus untuk mempersiapkan siswa menghadapi kariernya di masa mendatang, dan juga mengajarkan bahasa asing (biasanya bahasa Inggris). Program Hauptschule dikategorikan sebagai program yang paling ringan tuntutan akademiknya di Jerman pada grade 7 sampai 9.
·         Realschule
Merupakan program sekolah yang mempersiapkan siswa untuk memasuki karier sebagai pegawai atau buruh kelas menengah. Program ini memiliki tuntutan akademik yang lebih tinggi daripada houpschule. Semenjak tahun 1970-an, tamatan sekolah ini telah menjadi persyaratan untuk memasuki program-program pemagangan. Sertifikat dari sekolah ini juga menjadi kunci untuk memasuki berbagai jalur pendidikan yang lebih tinggi.
·         Gymnasium,
Bertujuan untuk mempersiapkan siswa ke pendidikan tinggi, walaupun tidak semua lulusannya melanjutkan ke perguruan tinggi. Pada grade 5 sampai 10, isi kurikulum bervariasi sesuai dengan jenis sekolah yang dimasuki. Mulai grade 11, siswa dapat memilih spesialisasi dalam susunan yang agak rumit. Setelah berhasil menyelesaikan ujian pada grade 13 siswa berhak memasuki perguruan tinggi.
·         Gesamtschule
Merupakan sekolah yang menekankan program secara komprehensif bagi semua anak dalam suatu bidang, dan anak-anak akan memperoleh sertifikat yang berbeda sesuai dengan bidang yang dipilihnya. Namun karena terjadi banyak kontroversi pada program sekolah jenis ini, maka tidak semua daerah yang membuka sekolah ini (hanya dibuka di daerah yang beraliran sosial demokrat). Selanjutnya, lembaga pendidikan tinggi di Jerman terdiri dari dua jenis, yaitu: Pertama, akademi / politeknik / Fachhoschulen yang ditempuh selama 12 tahun pendidikan lengkap); Kedua, Universitas. Tidak ada persyaratan program tertentu untuk memasuki universitas, dan tidak ada perbedaan yang jelas antara program sarjana dan program pascasarjana. Sertifikat Pertama dapat diperoleh setelah 4 atau enam tahun pelajaran. Selain pendidikan formal, di Jerman juga berkembang pendidikan non formal yang berupa pendidikan vokasional, teknik, dan bisnis yang diwajibkan bagi anak-anak yang tamat dengan ijasah pendidikan umum pada tingkat \Hoptschule atau Realschule dan juga yang tidak dapat ijasah setelah tamat belajar 9 tahun. Pendidikan ini merupakan prasyarat untuk mendapatkan pekerjaan, dan pelaksanaannya dapat diikuti secara paruh waktu atau purna waktu. Pendidikan non formal yang lain yaitu berupa pendidikan orang dewasa yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, sesuai dengan tuntuntan zaman dan perubahan ekonomi, sosial, dan politik yang sangat cepat. Program pendidikan orang dewasa dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu umum, vokasional (termasuk teknik dan keuangan) dan politik.


Perguruan Tinggi

Dalam peguruan tinggi di Jerman ada dua jenis pendidikan tinggi di Jerman, yaitu Universität (universit, selanjutnya disingkat UNI) dan Fachhochschule (applied university, selanjutnya disingkat FH). Secara umum, pendidikan tinggi di Jerman digolongkan menjadi Universitas (Universitaet), Institut Teknologi (Technische Universitaet/Hochschule), Sekolah Tinggi Pendidikan (Padagogische Hochschule), Sekolah Tinggi Seni (Kunsthochschule), Sekolah Tinggi Musik (Musikhochschule), semacam politeknik tetapi sampai ke jenjang S3 (Fachhochschule), dan semacam Intitut Pendidikan Dalam Negeri (Verwaltungsfachhochschule).
Walaupun terdapat banyak jenis pendidikan tinggi di Jerman, kebanyakan mahasiswa Indonesia kuliah di Universitas, Technische Hochschule atau Fachhochschule. Institusi pendidikan tinggi ini menawarkan jenjang pendidikan S1 dengan jangka waktu 6 sampai 7 semester, S2 selama 4 semester dan S3 selama 8 semester. Pemilihan jenis pendidikan tinggi ini harus didasari keinginan dan rencana setelah nantinya selesai kuliah. Jika saudara/saudari ingin menjadi peneliti atau pengajar (dosen) maka universitas atau technische Hochschule menjadi pilihan, walaupun tidak menutup kemungkinan anda bekerja sebagai praktisi. Universitas dan technische Hochschule banyak memberikan pendidikan dengan porsi yang lebih besar di teori daripada praktek. Sedangkan jika ingin menjadi praktisi seperti bekerja di pabrik atau perusahaan, maka Fachhochschule menjadi pilihan yang tepat karena Fachhocschule memberikan porsi yang besar pada praktek. Akan tetapi jika anda tamat dari Fachhochschule, anda tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Universitas.
Perbedaan antara UNI dan FH diantaranya bisa disebutkan sebagai berikut:
a. Materi perkuliahan UNI lebih menekankan ke teori dan kepadanya diberikan tanggung jawab dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Komposisi antara teori dan praktek di UNI berkisar 60:40. Sebaliknya, FH (sesuai dengan namanya) lebih menitik beratkan ke aspek terapan, dengan komposisi teori dan terapan 40:60.
b. Jadwal perkuliahan di UNI adalah Oktober-Maret untuk musim dingin (Winter Semester) dan April-September untuk musim panas (Sommer Semester).


Sebaliknya untuk FH perkuliahan dimulai lebih dini, yaitu Agustus-Januari untuk musim dingin / winter semester (WS) dan Februari-Juli untuk musim panas / sommer semester (SS).
c. Waktu melamar. Karena perbedaan waktu kuliah sebagaimana disebutkan pada point b di atas, maka jadwal untuk proses seleksi pun juga berbeda. Pendaftaran di FH ditutup lebih cepat dibandingkan dengan di UNI.

Contoh Universitas yang pernah Penulis mengikuti kuliah pada Wintersemester 2010-2011 adalah Otto Von Guercke Magdeburg, seperti berikut ini.




Bahasa yang digunakan dalam kampus ini adalah Bahasa Jerman dengan suasana kelas seperti berikut ini.


Contoh perguruan Tinggi dengan model Fachhochschulle adalah Hoschschule Darmsatadt yang saat ini masih bekerjasama dengan VEDC Malang dalam bentuk pertukaran Mahasiswa, seperti gambar berikut ini.



Program Yang Ditawarkan

A.    Program klasik
Berbeda dengan di Indonesia dan sistem 3 jenjang (Sarjana-Magister-Doktor), sampai saat ini Jerman masih menganut pendidikan tinggi dengan dua jenjang, yaitu Diploma (Dipl.) dan Doktor (Dr). Dalam jenjang Diploma ini, pada tahun-tahun pertama mahasiswa diwajibkan mengikuti serangkaian mata kuliah dasar (dikenal dengan nama Grundstudium). Setelah menyelesaikan semua mata kuliah di Grundstudium mahasiswa diberi sertifikat Vordiplom, akan tetapi sertifikat ini bukanlah gelar kesarjanaan. Untuk menyelesaikan Vordiplom, mahasiswa memerlukan waktu sekitar 2,5 tahun. Setelah mendapatkan Vordiplom, barulah mahasiswa diijinkan mengambil mata kuliah keahlian pada level yang lebih tinggi (dikenal dengan Hauptstudium). Setelah menyelesaikan semua mata kuliah Hauptstudium, barulah mahasiswa diijinkan menulis tugas akhir (dikenal dengan nama Diplomarbeit) sebagai syarat kelulusan Diploma. Jadi, Diploma adalah gelar resmi pertama yang diperoleh setelah seseorang menyelesaikan studinya di UNI atau FH.
Antara Diplom UNI dan Diplom FH memiliki perbedaan-perbedaan, diantaranya:
·         Diplom FH bisa diselesaikan dalam waktu 4,5 tahun sedangkan Diplom UNI baru bisa diselesaikan dalam waktu 5 tahun.
·         Diplom FH memiliki muatan terapan yang lebih besar (60% perkuliahan) dibandingkan dengan Diplom UNI (40% perkuliahan).
·         Diplom FH tidak dirancang untuk melanjutkan ke jengang Doktor. Apabila pemegang Diplom UNI ingin melanjutkan ke program Doktor, maka yang bersangkutan harus mengikuti proses persamaan terlebih dahulu. Dalam fase ini, kepadanya diwajibkan mengikuti serangkaian mata kuliah pada level Hauptstudium. Bisa juga ia mengikuti program Master terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke program Doktor. Sebaliknya, pemilik gelar Diplom UNI bisa langsung melanjutkan studi ke jenjang Doktor.

B.     Program Baru
Berdasarkan Kesepakatan Bologna tahun 1999, semua negara EU bersepakat untuk menyesuakan sistem pendidikan antara satu negara dengan negara lainnya di kawasan EU. Hal ini perlu dilakukan karena Kesepakatan Maastricht tahun 1992 menjamin bahwa semua negara EU harus mengakui kesamaan gelar dan keprofesian yang diberikan oleh Universitas maupun lembaga profesi di negara-negara EU lainnya.
Dari Kesepakatan Bologna 1999 tersebut, salah satu isinya adalah semua negara EU akan mengkonversi sistem pendidikan tingginya menjadi tiga jenjang Bachelor-Master-Doktor. Disepakati pula bahwa Bachelor (dengan waktu tempuh 3-4 tahun) adalah gelar kesatjanaan pertama yang diberikan oleh Universitas, dimana pemilik gelar tersebut diyakini telah siap memasuki dunia kerja. Program pendidikan Master adalah pendidikan lanjutan setelah bachelor dan diberikan selama 2 tahun. Berdasarkan kesepakatan Bologna 1999 tersebut, UNI dan FH di Jerman telah mulai mengkonversi sistem lamanya Diplom-Doktor ke sistem baru Bachelor-Master-Doktor. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika saat ini telah ada jengang Bachelor-Master di ahmpir semua UNI dan FH. Paling lambat tahun 2010 semua UNI dan FH di Jerman harus sudah mengadopsi sistem Bachelor-Master-Doktor seratus persen. Di Feie Universität Berlin dan Humboldt Universität zu Berlin bahkan sistem ini sudah akan diadopsi penuh paling lambat tahun 2007.

Pendidikan Pra Perguruan Tinggi
Berbeda dengan di Indonesia yang menganut sistem pendidikan tiga jenjang SD-SLTP-SLTA, Jerman hanya memiliki dua jenjang pendidikan Pra Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dasar (Grundschule) dan pendidikan lanjutan (Gymnasium, Realschule atau Berufschule).
Jenjang Pendidikan Pra Perguruan Tinggi di Jerman memerlukan waktu tempuh normal selama 13 tahun (berbeda dengan di Indonesia, dimana pendidikan SD-SLTP-SLTA bisa diselesaikan hanya dalam waktu 12 tahun). Pendidikan sekolah dasar (Grundschule) diberikan dari kelas 1 - 6, dan setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk memilih melanjutkan ke Gymnasium, Realschule atau Berufschule.
Gymnasium diperuntukkan bagi siswa-siswa pandai yang dianggap mampu melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Jenjang ini ditempuh mulai dari kelas 7 – 13, dan setelah lulus mereka diberi ijazah yang dikenal sebagai „Abitur“. Jadi sebelum masuk ke perguruan tinggi, seorang siswa menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah selama 13 tahun. Berufschule diperuntukkan bagi siswa-siswa yang langsung dipersiapkan memasuki dunia kerja dan tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Sedangkan Realschule ada di tengah-tengah keduanya. Kalau dianggap bagus, siswa dari Realschule bisa meneruskan ke Gymnasium untuk mendapatkan Abitur, atau bisa juga langsung memasuki dunia kerja.

Pendidikan Tinggi
Setelah mendapatkan Abitur, siswa langsung bisa mendaftarkan diri ke Perguruan Tinggi. Berbeda dengan calon mahasiswa di Indonesia yang harus mengikuti ujian tertulis (UMPTN), disini calon siswa sama sekali tidak perlu mengikuti ujian seleksi. Calon mahasiswa tinggal mengirimkan berkas lamarannya, dan universitas akan langsung memutuskan berdasarkan nilai Abitur. Hal tersebut bisa dilakukan karena pendidikan di seluruh Jerman, baik pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi, memiliki kualitas yang bisa dikatakan sama.
Untuk menjamin kualitas yang merata di semua sekolah, setiap anak wajib masuk ke sekolah terdekat yang telah ditunjuk oleh pemerintah. Sebaliknya, pemerintah pun menyediakan guru-guru dan fasilitas pendidikan yang merata di semua sekolah, baik di kota besar maupun di pelosok yang jauh dari kota.

Tujuan Pendidikan di Jerman
Sesuai dengan Konstitusi (Grundgesetz), Republik Federasi Jerman adalah sebuah 'republik, sebuah demokrasi, sebuah federal, secara sosial dan konstitutional adalah negara bagian yang bertanggungjawab. Dengan konstitusi pendidikan yang menjamin : 'kebebasan untuk seni dan ilmu pengetahuan, penelitian dan mengajar, kebebasan untuk percaya, menyakini (conscience) dan menyatakan suatu agama, kebebasan untuk memilih sebuah tempat tinggal dan tempat belajar atau pelatihan, persamaan hukum dan hak asasi dasar dari orang tua untuk memperhatikan dan mendidik anak-anak mereka'.

Manajemen Pendidikan di Jerman
Sistem pendidikan di Jerman adalah desentralisasi, mulai dari level SD sampai dengan sekolah menengah. Beberapa Lander (penguasa daerah) membuat berbagai ketentuan konstitusi mereka masing-masing mengenai pengaturan masalah-masalah pendidikan, dan seluruhnya melalui proses legislative. Pengaturan ini meliputi penetapan tujuan pendidikan, struktur, isi pengajaran, dan prosedur dalam system daerah mereka masing-masing. Adapun yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan di dalam Negara bagian adalah kementrian kabinet atau Kementrian Kebudayaan (Kultusministerium). Pada Negara-negara bagian yang luas daerahnya, sekolah tidak dikontrol secara langsung oleh kementrian Negara bagian, tetapi melalui badan administrasi regional yang merupakan bagian dari badan ekskutif. Masyarakat setempat biasanya juga punya tanggung jawab menyediakan infrastruktur yang diperlukan dan adakalanya juga terlibat dalam pengangkatan staf.
·         Biaya Pendidikan.
Alokasi biaya pendidikan sepenuhnya bersumber dari Lander (Daerah) dan masyarakat setempat, kecuali untuk pendidikan tinggi. Menjadi tanggung jawab pemerintah federal. Hampir semua program pendidikan di jerman bersifat gratis (termasuk pembebasan uang kuliah di pendidikan tinggi). Pemerintah federal juga memberikan bantuan uang kepada sebagian siswa sekolah menengah dan mahasiswa perguruan tinggi. Kebanyakan sekolah-sekolah swasta yang kecil, kira-kira 90% dari biaya operasional sekolah dibantu oleh pemerintah federal Pengeluaran pemerintah federal pada tahun 1990 untuk anggaran pendidikan mencapai total 9,3% dari GNP.
·         Personalia.
Hanya guru-guru Gymnasium dan sebagian guru-guru specialis untuk bidang keuangan yang dididik di tingkat Universitas (S1), dengan tekanan utama bidang keahlian daripada bidang keguruan. Namun demikian. sejak tahun 1960, telah mulai dicanangkan persyaratan kualifikasi yang sama untuk semua guru, minimal telah di didik di Universitas. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan metode mengajar ditempuh melalui in-service training.
·          Kurikulum.
Kurikulum dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan sesuai Negara bagian masing-masing dibawah kendali Lander (pemerintah daerah). Sebagian besar Lander mewajibkan mata pelajaran di primary education sebagai berikut: German; mathematics; social studies (usually taught as Sachunterricht); history (usually taught as Sachunterricht ) geography (usually taught as Sachunterricht); biology (aspects of biology are taught within science, which is usually taught as Sachunterricht ); physics (aspects of physics are taught within science, which is usually taught as Sachunterricht); chemistry (aspects of chemistry are taught within science, which is usually taught as Sachunterricht); art; music; sport; and modern foreign languages. Sedangkan untuk sekolah menengah, kurikulum berbeda-beda penekannannya, sesuai jenis sekolah. Namun paling tidak pada setiap jenis sekolah menengah tersebut memuat materi pelajaran sebagai berikut: German; mathematics; on foreign language (usually English); natural and social sciences; music; art; and sport.

·          Sistem Ujian dan Sertifikasi.
Penilaian akhir tahun siswa di dasarkan pada hasil analisis terhadap kinerja siswa. Dari Grade 2 (primer, umur tujuh) dan seterusnya, hanya terdapat laporan setengah-tahunan meliputi komentar terhadap kemajuan dan nilai yang diperoleh dengan membandingkan kinerja mereka dengan apa ada pada selain dalam sebuah kelompok pengajaran. Terdapat satu kecenderungan ke arah pelaporan proses belajar dan kinerja, dan terhadap keikutsertaan kelas serta perilaku sosial di sekolah. Anak-anak yang nilainya dan hal lainnya tidak cukup harus (dapat memilih) untuk mengulang kembali di awal tahun baru. Tidak ada nilai ujian atau ijasah di sekolah dasar, yang ada hanya sebuah laporan kinerja siswa pada akhir tahun. Ujian nasional di selenggarakan pada grade 10 dan 12.

Suasana kelas yang pernah penulis amati adalah dengan model double L seperti yang terjadi pada Berufsschule Magdeburg berikut ini.


III.              Sistem Pendidikan di Finlandia
Republik Finlandia adalah sebuah negara Skandinavia yang juga termasuk negara Nordik. Karena terletak di Eropa Utara, Finlandia menjadi anggota dari Uni Eropa. Finlandia memiliki perbatasan darat dengan Swedia, Norwegia, dan Rusia sedangkan batas lautnya adalah Laut Baltik di barat daya, Teluk Finlandia di selatan, dan Teluk Bothnia di barat.
Ibukota negara penghasil telepon genggam Nokia dan negeri kelahiran Angry Birds ini adalah Helsinki. Penduduknya sebesar lima juta jiwa mendiami lebih dari 330.000 km² sehingga negara ini terdapat dalam urutan ke-162 dalam kepadatan penduduk di dunia. Finlandia dikenal sebagai salah satu negara dengan pendidikan terbaik di dunia. Ada banyak sekali sumber yang membahas tentang kehebatan sistem pendidikan mereka, namun masih sangat sedikit yang mengkaji pendidikan kejuruan disana. Sistem pendidikan Finlandia adalah sistem yang egaliter, tanpa biaya sekolah dan disediakan makanan gratis di sekolah untuk siswa full-time. Anggaran pendidikan Finlandia pada tahun 2009 adalah Euro 11,1 milyar atau Euro 2100 per kapita (sekitar Rp 25 juta per kapita per tahun).
Di Finlandia, pendidikan kejuruan dimulai di level pendidikan menengah. Setelah sembilan tahun sekolah umum yang komprehensif, siswa dapat memilih untuk melanjutkan ke salah satu "lukio" (sekolah menengah atas), suatu lembaga pendidikan yang mempersiapkan siswa untuk masuk pendidikan tinggi, atau bisa pula masuk ke "ammattikoulu" (sekolah menengah kejuruan/vokasional). Kedua bentuk pendidikan menengah ini berdurasi tiga tahun, dan memberikan kualifikasi formal bagi lulusannya. Lulusan pendidikan umum bisa melanjutkan ke universitas umum dan politeknik, namun lulusan pendidikan kejuruan hanya bisa masuk ke politeknik atau langsung bekerja. Sertifikat kelulusan diperlukan untuk masuk universitas atau "ammattikorkeakoulu" (politeknik di Finlandia).
Pendidikan di sekolah menengah kejuruan adalah gratis, dan mahasiswa dari keluarga berpenghasilan rendah bisa mendapatkan beasiswa dari negara untuk jenjang yang lebih tinggi. Kurikulum ditekankan pada materi kejuruan dan selalu disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Sekolah-sekolah kejuruan sebagian besar dikelola oleh pemerintah kota. Dalam bidang-bidang tertentu (misalnya sekolah polisi, pelatihan personil untuk kontrol lalu lintas udara), persyaratan masuk sekolah kejuruan seperti ini adalah harus lulus dari "lukio" (sekolah menengah umum), hal ini menyebabkan siswa lulusan sekolah menengah kejuruan terpaksa harus menyelesaikan pendidikan menengah mereka dua kali jika ingin masuk ke pendidikan khusus.

Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah atas dimulai pada umur 16 atau 17 dan berlangsung selama tiga sampai empat tahun. Pendidikan tingkat ini sudah tidak wajib. Siswa pada tingkat ini dapat memilih untuk menjalani pendidikan dan pelatihan kerja pada sekolah menengah kejuruan untuk mengembangkan kompetensi kejuruan dan untuk mempersiapkan mereka masuk politeknik dan bekerja. Sekolah menengah atas kejuruan akan mendapatkan kualifikasi kejuruan (dalam bahasa Finlandia: ammatillinen perustutkinto, bahasa Swedia: yrkesinriktad grundexamen). Penyelesaian kualifikasi kejuruan ini memakan waktu 3 tahun dan lulusannya akan dinyatakan layak untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi kejuruan (disebut sebagai AMK atau politeknik) atau bekerja.
Pendidikan ini dapat dilaksanakan dalam sekolah kejuruan multi-bidang (memiliki banyak jurusan) atau khusus (hanya jurusan tertentu), dapat juga diselenggarakan dalam bentuk pelatihan magang yang menggabungkan pembelajaran di tempat kerja dan studi teoritis di lembaga pendidikan kejuruan. Kualifikasi kejuruan ini juga dapat diambil sebagai kualifikasi berbasis kompetensi, dimana keterampilan kejuruan dan persyaratan pengetahuannya sama tetapi independen (dilakukan diluar) dari pendidikan formal dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan kejuruan diatur oleh Undang-Undang Pendidikan Kejuruan (630/1998) dan Surat Keputusan (811/1998). Untuk mendapatkan hak penyelenggaraan dan pemberian kualifikasi kejuruan, penyelenggara pendidikan harus memiliki lisensi yang diberikan oleh Kementrian Pendidikan, yang menentukan bidang studi, jumlah siswa, kewajiban penyelenggara, dan lain-lain. Pendidikan dan pelatihan kejuruan pada tingkatan ini memiliki delapan sektor yaitu Humaniora dan Pendidikan, Budaya, Ilmu Alam, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Pariwisata, Katering dan Jasa Domestik, Pelayanan Sosial, Kesehatan dan Olahraga, Teknologi, Komunikasi dan Transportasi, Ilmu Sosial, Bisnis dan Administrasi. Secara keseluruhan, ada 52 kualifikasi kejuruan terbagi dalam 113 program studi.
Kementrian Pendidikan yang memutuskan bentuk struktur kualifikasi kejuruan. Dewan Nasional Pendidikan yang menyusun kurikulum inti nasional dan pedoman kualifikasi, menentukan tujuan, isi, dan kriteria penilaian studi. Kurikulum inti ditangani oleh komite pelatihan tripartit (pemerintah, dunia industri dan penyelenggara pendidikan/pelatihan), yang berupa badan terdiri dari para ahli yang didirikan di bawah Kementrian Pendidikan untuk memberikan saran dalam merencanakan dan mengembangkan pendidikan kejuruan dan pelatihan.
Pada level ini siswa bisa memilih pendidikan umum dengan masuk sekolah menengah atas akademik yang fokus pada persiapan untuk studi lanjutan. Lulusan pendidikan menengah atas umum dapat melanjutkan ke universitas dan/atau AMK tingkat pasca sarjana dengan gelar profesional di bidang-bidang seperti hukum, kedokteran, sains, pendidikan, dan humaniora. Penerimaan ke sekolah-sekolah tinggi akademik didasarkan pada IPK, dan dalam beberapa kasus dengan tes akademis dan wawancara. Setelah lulus dari sekolah kejuruan, para lulusan menerima sertifikat sekolah kejuruan.



Pendidikan Tinggi

"Ammattikorkeakoulu" ("yrkeshögskola" dalam Bahasa Swedia, polytechnic atau university of applied sciences dalam Bahasa Inggris, sekolah tinggi ilmu terapan dalam Bahasa Indonesia), disingkat AMK, adalah sebuah lembaga pendidikan tinggi vokasional di Finlandia. Istilah ini secara harfiah berarti "sekolah tinggi pendidikan kejuruan". Meskipun Kementerian Pendidikan Finlandia merekomendasikan istilah bahasa Inggris "politeknik", namun Konferensi Rektor dari Universitas-universitas Finlandia bidang Ilmu Terapan telah memutuskan untuk menggunakan istilah "universitas ilmu terapan".
Finlandia menduduki peringkat pertama di dunia sebagai negara yang memiliki kualitas pendidikan terbaik? Negara Skandinavia ini selalu menempati urutan pertama dalam penilaian yang dilakukan oleh Program for International Student Assestment (PISA) sejak tahun 2003. Anggaran pendidikan di negara yang beribu kota di Helsinski ini paling dibandingkan dengan negara Eropa lainnya. Selain unggul secara kualitas pendidikan, Finlandia juga juara dalam pendidikan anak-anak lemah mental.
Sistem pendidikan Finlandia merupakan kerja keras dari Profesor Reuven Feuerstein. Konsep pendidikan Feuerstein telah digunakan Finlandia selama lebih dari 20 tahun. Sistem Feuerstein berfokus pada konsep bahwa setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda untuk mengubah diri. Kuncinya adalah identifikasi faktor penghambat dan lebih fokus pada kelebihan untuk mengembangkan kemampuan belajar setiap orang.
Sistem pendidikan Feuerstein ini pertama kali diimplementasikan tahun 1952 pada anak-anak yang selamat dari pembunuhan massal dengan cara membakar (Holocaust). Rahasia konsep pendidikan yang dibuat Feuerstein terletak pada penanaman pembelajaran dan strategi berpikir kognitif, bukannya fokus pada penghafalan konten.
Apa saja kunci kesuksesan sistem pendidikan Finlandia? “Intelligence plus character-that is the goal of true education” kutipan milik Martin Luther King, rasanya pantas menggambarkan sistem pendidikan Finlandia. Beberapa poin penting dari sistem pendidikan di Finlandia seperti ditunjukkan pada gambar dan informasi berikut ini.






Perguruan Tinggi Sekolah dasar                                                

Beberapa konsep pendidikan yang diterapkan di Negara Finlandia
1.      Konsep pendidikan Finlandia adalah “Test less, Learn more”
2.      Biaya pendidikan di Finlandia gratis hingga jenjang Universitas. Pemerintah menilai performa siswa dengan mengambil 10 persen dari pekerjaan selama di sekolah.
3.      Jam sekolah siswa Finlandia jauh lebih sedikit dibandingkan jam sekolah di banyak negara. Siswa mulai sekolah pada usia 7 tahun dan hanya menghabiskan 30 jam per minggu.
4.      Sistem pendidikan Finlandia tidak membebankan banyak tugas pada siswa. Homework doesn’t make you smart. Berbeda dengan sistem pendidikan Amerika yang memberikan PR (pekerjaan rumah) selama 2 – 3 jam per hari, Finlandia hanya memberlakukan homework maksimal 30 menit per hari.
5.       Finlandia tidak memiliki sistem Ujian Nasional. Satu-satunya mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa adalah bahasa Finlandia (Finnish).
6.       Jumlah siswa di setiap kelas sangat terbatas, hanya 20 orang per kelas pada tahun pertama sekolah serta tahun keenam dan ketujuh. Jika ada siswa yang tertinggal kelas, ada satu guru yang ditugaskan untuk membantu siswa mengejar ketinggalan.
7.       Semua guru pengajar di Finlandia harus memiliki gelar master sebelum mengajar. Guru pengajar yang bergelar S2 bertindak sebagai guru mata pelajaran, sedangkan guru kedua yang bergelar S1 menjadi pengawas atau pembimbing setiap siswa dalam memahami bidang studi.
8.      Pelajar diberi otonomi khusus untuk menentukan jadwal ujian mata pelajaran yang menurutnya sudah dikuasai.
9.      Anak Finlandia tidak diijinkan untuk bersekolah sebelum usia tujuh tahun. TK di Finlandia tidak membebankan pelajaran pada anak-anak karena menghormati masa kecil dan hak mereka untuk bermain.
10.  Setiap siswa diwajibkan membaca 1 buku setiap minggunya.
11.   Bahasa asing mulai diajarkan sejak tahun pertama sekolah. Alasan kebijakan ini adalah untuk memenangkan persaingan ekonomi Eropa, mengembangkan wawasan dalam menghargai keragaman kultur.
12.   Metode pembelajaran bukan ceramah, melainkan dengan penerapan belajar aktif. Suasana proses belajar menyenangkan, metode dikte atau menyuruh dihilangkan karena akan membuat siswa tertekan
13.   Guru tidak memberikan kritik terhadap pekerjaan siswa dengan kata “Kamu salah” karena hal tersebut akan membuat siswa malu sehingga menghambat proses pemahamannya.
14.   Tidak ada sistem rangking dalam metode pembelajaran Finlandia. Siswa diminta membandingkan pekerjaannya sendiri dengan hasil sebelumnya. Siswa juga tidak dituntut untuk bisa menjawab dengan benar, namun dihargai karena sudah berusaha sebaik mungkin.
15.  Siswa tidak perlu memakai sepatu ketika sedang belajar di kelas. Siswa juga tidak perlu memakai seragam saat bersekolah, bahkan kepala sekolah mengenakan kemeja krah terbuka dan celana jeans.
16.  Sekolah tingkat dasar dan menengah digabung, sehingga siswa tidak perlu berganti sekolah saat usia 13. Pergantian sekolah juga tidak memerlukan ijazah seperti Indonesia, namun hanya dengan nilai rapor.
17.  Stasiun Televisi yang menyiarkan program berbahasa asing wajib menyertakan teks terjemahan dalam bahasa Finnish agar anak-anak dapat belajar ketika menonton Televisi

Beberapa Perbedaan Sistem Pendidikan di Finlandia dan Indonesia
·         Finlandia : Anak-anak baru bersekolah setelah mereka berusia 7 tahun.         Indonesia : ada playgroup, TK A, TK B, bahkan sebelum umur 3 tahun pun sudah ada yang „menyekolahkan‟ anaknya, meskipun memang cuma satu jam dengan tujuan anaknya bersosialisasi. Masalahnya lagi, untuk masuk SD pun sekarang anak-anak diharuskan sudah bisa membaca. Ada tes masuknya juga, jadi yang stres bukan hanya anaknya, tetapi orang tuanya juga.
·         Finlandia : sebelum mencapai usia remaja, anak-anak ini jarang sekali diminta mengerjakan pekerjaan rumah dan tidak pernah disuruh mengikuti ujian.      Indonesia : TK pun sekarang sudah punya pekerjaan rumah, meskipun hanya sekedar                    menebalkan garis dan menulis angka.
·         Finlandia : hanya ada satu tes yang wajib diikuti oleh pelajar, dan saat itu mereka berusia 16 tahun.
Indonesia : like I mentioned before, masuk SD pun ada tesnya. Terutama SD favorit.

·         Finlandia : sekolah tidak membedakan anak yang pintar dan kurang pintar. Seluruhnya ditempatkan di dalam ruang kelas yang sama.                               Indonesia : ada beberapa sekolah yang memberlakukan pembagian kelas berdasarkan tingkat intelejensi anak. Contoh : peringkat 1-10 masuk ke kelas A, 11-20 kelas B dan seteruanya.
·         Finlandia : Kesenjangan antara murid terpintar dan murid paling tidak pintar di Finlandia adalah yang terkecil di dunia. Artinya, murid paling tidak pintar pun masih terhitung pintar.                                                                                                 Indonesia : kesenjangan begitu terlihat, banyak siswa pintar, yang kurang pun banyak.
·         Finlandia : Setiap guru hanya menghabiskan waktu 4 jam sehari di kelas dan punya waktu 2 jam per minggu yang didedikasikan untuk „professional development‟. Indonesia : para guru di Indonesia yang bisa mengajar mulai jam 7 pagi sampai jam 3 sore non stop.
·         Finlandia : Jumlah guru yang dimiliki oleh Finlandia sama dengan jumlah guru di New York, namun jumlah murid yang ditangani jauh lebih sedikit.                   Indonesia : Jumlah guru dibandingkan murid sangat jauh, dalam 1 kelas biasa terdapat 32 murid, dan 1 guru.

·         Finlandia : Seluruh sistem pendidikan didanai oleh negara (semua gratis).          Indonesia : meskipun sudah ada beberapa wilayah yang menetapkan pendidikan gratis, masih banyak pungutan-pungutan yang harus dibayar siswa kepada sekolah, seperti uang Lab komputer, Lab bahasa dan lain sebagainya.
·         Finlandia : Seluruh guru harus memiliki gelar Master/S2 yang didanai seluruhnya oleh pemerintah.                                                                                                 Indonesia : guru harus mencari biaya untuk melanjutkan pendidikan sendiri, tak semua gutu memperoleh bantuan pemerintah untuk studi lanjut.

·         Finlandia : Kurikulum nasional hanya berlaku umum. Setiap guru diberikan kebebasan untuk mengembangkan metode pengajarannya.                                Indonesia : Guru wajib mengikuti kurikulum dari pemerintah yang hampir setiap 5 tahun berubah-ubah.

·         Finlandia : yang menjadi guru hanyalah 10 lulusan teratas di universitas.      Indonesia : para lulusan terbaik kebanyakan berprofesi sebagai Dokter, pengacara, direktur, investasi dan saham, pegawai Pajak dan lain sebagainya.

·         Finlandia : Status guru di masyarakat setara dengan status pengacara dan dokter. Indonesia : Status guru (apalagi non-pns) masih sering diremehkan, dan dianggap pekerjaan yang kurang mencukupi kebutuhan hidupnya. 



daftar pustaka : 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar